Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

BENARKAH SYAIKHUL ISLAM TIDAK MENGKAFIRKAN PELAKU SYIRIK AKBAR ?

Permasalah ini adalah permasalahan yang penting sekali untuk diketahui. Karena sebagian kelompok yang mengatasnamakan dirinya bermanhaj salaf mengaku-ngaku paham bagaimana sikap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam permasalahan takfir muayyan terhadap pelaku syirik akbar. Padahal pemahaman mereka bertolak belakang dengan apa yang para salaf dari kalangan imam dakwah an-najdiyah memahami sikap Ibnu Taimiyah dalam permasalahan ini. Pada tulisan singkat ini kita akan melihat bagaimana Syaikh Abdurrahman bin Hasan menjelaskan perkataan Ibnu Taimiyah dan kakek beliau Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumallah yang terkesan tidak mengkafirkan pelaku syirik akbar. Syaikh Abdurrahman bin Hasan akan membantah dalil para pembela musyrikin yang mereka ambil dari kalam kedua Syaikh yang mulia ini. Bismillah.. Selamat membaca !! ·            Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah mengatakan: Tersisa satu permasalahan 1 yang...

GOLONGAN YANG MENYIMPANG DI DALAM PERKARA TAUHID

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Asas dan Kaidah Islam”. Saya mengambil sumber dari ktab yang sama yaitu Syarhu Ashli Dinil Islam wa Qaidatihi oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah . Untuk metode penulisan, pada tulisan ini saya menulis perkalimat dari ucapan Syaikh Muhammad kemudian diikuti dengan syarahnya dari Syaikh Abdurrahman bin Hasan. Bismillah, selamat membaca.. ·          Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “ Golongan yang menyelisihi asas dan kaidah islam itu ada beberapa macam. Yang paling berbahaya dari semua golongan adalah mereka yang memiliki semua sifat dari golongan-golongan yang menyelisihi asas dan kaidah islam .” ·          Syaikh Abdurrahman bin Hasan menjelaskan: Mereka menerima kesyirikan dan meyakininya sebagai bagian dari agama. Mereka mengingkari tauhid dan meyakininya sebagai kebathilan. Demikianlah keadaan kebanyak...

ASAS DAN KAIDAH ISLAM

Tulisan ini adalah terjemahan secara umum dari tulisan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yang berjudul “ Ashlu Dinil Islam wa Qaidatuhu ” dan disyarah (dijelaskan) oleh cucunya yang bernama Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah . Dalam tulisan ini saya akan menuliskan perkalimat dari ucapan Syaikh Muhammad kemudian diikuti dengan penjelasan dari Syaikh Abdurrahman bin Hasan. Bismillah, selamat membaca.. ·          Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “ Asas (inti) dan kaidah islam itu ada dua perkara. Perkara yang pertama: tentang peribadahan kepada Allah semata (tauhid) dan tidak mempersekutukannya (syirik), bekerjasama di atasnya 1 , berloyalitas di dalamnya 2 dan mengkafirkan siapa saja yang meninggalkannya 3 . ” ·          Syaikh Abdurrahman bin Hasan menjelaskan: Dalil akan hal ini (yaitu perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) di dala...

Syarat Sah Syahadat Laa Ilaaha Illallahu

Mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah (baca: tauhid) merupakan ibadah yang paling mulia. Dengan kalimat tauhid seorang terbebas dari status kafir dan menjadi seorang muslim, terbebas dari kekalnya siksa api neraka dan dosa-dosa sebanyak apapun bisa terampuni selama Allah menghendaki. Tanpa kalimat tauhid amal sholeh seseorang tidaklah bermanfaat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala “ Dan Kami tampakkan apa yang dahulu telah mereka amalkan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan .” (QS. Al-Furqan: 23) Orang-orang kafir yang beramal tanpa tauhid tidaklah bermanfaat apa yang mereka kerjakan. Meskipun mereka memberi makan anak yatim, menyantuni fakir miskin, shalat atau berpuasa. Berbeda halnya dengan seorang muslim yang amalannya dibangun di atas pondasi tauhid. Kalimat tauhid memiliki syarat-syarat sebagaimana shalat, wudhu, puasa dan ibadah yang lain. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka tidak bermanfaat kalimat tauhid yang diucapkannya. Kalimat tauhid memil...

URGENSI MENGENAL ALLAH DARI 3 SISI; PERBUATAN ALLAH, PERIBADAHAN KEPADANYA DAN NAMA-NAMANYA YANG INDAH

Manusia adalah salah satu dari berbagai jenis makhluk ciptaan Allah Ta’ala 1 . Penamaan manusia dengan kata “makhluk” merupakan bentuk bantahan bagi sebagian orang yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada. Mereka meyakini bahwa seluruh kejadian di alam semesta ini terjadi secara kebetulan tanpa ada yang mencipta.   Kata “makhluk” adalah bentuk serapan dari Bahasa Arab yang artinya “sesuatu yang diciptakan”. Kata “makhluk” adalah bentuk objek (maf’ul bih) dari kata kerja (fi’il) khalaqa yang artinya menciptakan. Dari sisi bahasa saja sudah dapat membantah pemikiran sesat tersebut, apalagi dari sisi logika dan dalil dari Al-Qur’an serta hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sebagai makhluk, manusia sepantasnya mengenal siapa yang menciptakannya. Mengenal Allah sebagai pencipta adalah salah satu bentuk ibadah yang paling besar. Karena salah satu masalah yang akan ditanyakan di dalam kubur nanti adalah “siapa Rabb-mu?”. Akan menjadi aib jika seorang muslim tidak mengenal Rabb...