Syarat Sah Syahadat Laa Ilaaha Illallahu
Mengucapkan kalimat Laa Ilaaha
Illallah (baca: tauhid) merupakan ibadah yang paling mulia. Dengan kalimat
tauhid seorang terbebas dari status kafir dan menjadi seorang muslim, terbebas
dari kekalnya siksa api neraka dan dosa-dosa sebanyak apapun bisa terampuni
selama Allah menghendaki. Tanpa kalimat tauhid amal sholeh seseorang tidaklah
bermanfaat. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
“Dan Kami tampakkan apa yang dahulu
telah mereka amalkan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS.
Al-Furqan: 23)
Orang-orang kafir yang beramal tanpa
tauhid tidaklah bermanfaat apa yang mereka kerjakan. Meskipun mereka memberi
makan anak yatim, menyantuni fakir miskin, shalat atau berpuasa. Berbeda halnya
dengan seorang muslim yang amalannya dibangun di atas pondasi tauhid.
Kalimat tauhid memiliki syarat-syarat
sebagaimana shalat, wudhu, puasa dan ibadah yang lain. Jika syarat-syarat ini
tidak terpenuhi maka tidak bermanfaat kalimat tauhid yang diucapkannya. Kalimat
tauhid memiliki tujuh syarat,
1.
Ilmu, Menafikan Kebodohan
Ilmu merupakan salah satu syarat syahadat laa ilaaha
illallah. Seorang muslim wajib mengetahui makna yang terkandung di dalam
kalimat tersebut dan menjalankan konsekuensinya. Syaikh Abdurrahman bin Hasan
mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwasanya pengucapan kalimat syahadat
tidak akan diterima kecuali ucapan tersebut berasal dari ilmu, yakin dan jujur.
Adapun ketika mengucapkan dengan ketidaktahuan akan maknanya dan keragu-raguan
maka tidak diterima dan bermanfaat ucapan syahadatnya dikarenakan tidak tahunya
dia akan apa yang diucapkan.”
Allah Ta’ala berfirman,
“Ketahuilah, bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah.”
(QS. Muhammad: 19)
Pada ayat di atas Allah memulainya dengan ilmu sebelum
perkataan dan perbuatan. Oleh karenanya Bukhari rahimahullah mengatakan
di dalam kitab shahihnya “Bab Ilmu Sebelum Berkata Dan Beramal”. Kemudian
membawakan dalil ayat di atas.
Dan
Allah juga berfirman:
“Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat
syafaat kecuali orang yang bersyahadat dengan kalimat tauhid dan mereka mengilmuinya.”
(QS. Az-Zukhruf: 86)
Maka sudah selayaknya orang yang bersyahadat
mengetahui apa yang dinafikan oleh kalimat tauhid dan apa yang ditetapkannya. Kalimat
tauhid tersebut menafikan seluruh sesembahan selain Allah dan menetapkan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan.
Sedangkan definisi ibadah sendiri sebagaimana yang
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Ibadah yaitu sebuah nama yang
mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, berupa ucapan
dan perbuatan lahir ataupun bathin.” Singkatnya adalah apa saja yang
dilarang oleh syariat dan apa yang diperintahkan oleh syariat.
2.
Yakin Menafikan Keraguan
Sudah selayaknya orang yang mengucapkan laa ilaaha
illallah dengan keyakinan. Keyakinan akan menafikan keraguan yang ada di hati.
Apabila seseorang mengucapkannya bersamaan ada keraguan di hatinya bahwa Allah
adalah satu-satunya sesembahan yang berhak diibadahi, maka tidak akan
bermanfaat kalimat tauhid yang diucapkan.
3.
Jujur Menafikan Kemunafikan
Seorang yang mengucapkan kalimat tauhid wajib menghadirkan
kejujuran, kerena kejujuran akan menafikan kemunafikan di hati. Orang-orang
munafik dahulu mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan-lisan mereka sementara
hati-hati mereka mengingkarinya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan diantara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan
hari akhir,” padahal mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS.
Al-Baqarah: 8)
4.
Ikhlas Menafikan Kesyirikan
Seorang yang mengucapkan kalimat tauhid wajib
menghadirkan keikhlasan, karena keikhlasan menafikan kesyirikan. Jika seorang
mengucapkan laa ilaaha illallah sementara amalannya tidak ikhlas karena Allah,
maka kalimat tauhidnya menjadi batal dan tidak diterima. Kesyirikan akan
membatalkan kalimat tauhid dan merusak seluruh amalan shaleh. Allah Ta’ala
berfirman,
“Jika engkau (Muhammad) melakukan kesyirikan, sungguh sia-sialah
amalanmu dan engkau benar-benar menjadi orang yang merugi” (QS. Az-Zumar:
65)
Senada dengan ayat di
atas Allah juga berfirman,
“Dan seandainya kalian melakukan kesyirikan, maka sungguh sia-sialah
apa yang telah kalian lakukan” (QS. Al-An’am: 88)
5.
Cinta Terhadap Kalimat Tauhid dan Orang-orang yang
Mengucapkannya
Sudah selayaknya bagi orang yang mengucapkan kalimat
tauhid ini mencintai apa yang diucapkannya dan mencintai orang-orang yang
mengucapkannya. Kalimat tauhid adalah asas wala’ dan bara’ (loyalitas dan
berlepas diri) seorang muslim. Dengan kalimat tauhid seorang muslim mencitai
dan membenci. Atau dengan kata lain kalimat tauhid menjadi acuan wala’ dan
bara’seseorang, bukanlah karena organisasi, yayasan, partai dan golongan.
6.
Berpegang Teguh Dengannya
Sudah selayaknya bagi orang yang mengucapkan kalimat
tauhid berpegang teguh dengannya dengan cara mengamalkan kandungannya. Yaitu
dengan melaksanakan amalan wajib dan meninggalkan perbuatan yang diharamkan.
7.
Qabul (Menerima)
Sudah selayaknya pula bagi orang yang mengucapkan kalimat
tauhid untuk qabul (menerima) kalimat tauhid yang menafikan tark
(meninggalkan). Terkadang sebagian orang mengucapkan kaliamat tauhid, akan
tetapi tidak menerimanya dari orang-orang yang menyerukan kepadanya dikarenakan
ta’ashub dan takabur. Maka ucapan tauhid orang seperti ini
tidaklah membawa manfaat baginya.
Inilah tujuh syarat kalimat tauhid
yang wajib dihadirkan oleh seorang muslim dalam mengucapkannya. Tanpa salah
satu dari syarat di atas maka ucapan kalimat tauhid seorang tidaklah sah atau
bermanfaat. Semoga Allah selalu menetapkan kita mempelajari kalimat tauhid yang
dengannya Allah menyelamatkan kita dari kekalnya siksa api neraka.
Referensi:
1. Syarah Aqidah Thahawiyah oleh Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi
2. Makna Laa Ilaaha Illallahu oleh Syakh Shaleh As-Sindy
Komentar
Posting Komentar