GOLONGAN YANG MENYIMPANG DI DALAM PERKARA TAUHID
Tulisan
ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Asas dan Kaidah
Islam”. Saya mengambil sumber dari ktab yang sama yaitu Syarhu Ashli Dinil
Islam wa Qaidatihi oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah. Untuk
metode penulisan, pada tulisan ini saya menulis perkalimat dari ucapan Syaikh
Muhammad kemudian diikuti dengan syarahnya dari Syaikh Abdurrahman bin Hasan.
Bismillah,
selamat membaca..
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Golongan yang
menyelisihi asas dan kaidah islam itu ada beberapa macam. Yang paling berbahaya
dari semua golongan adalah mereka yang memiliki semua sifat dari golongan-golongan
yang menyelisihi asas dan kaidah islam.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Mereka menerima
kesyirikan dan meyakininya sebagai bagian dari agama. Mereka mengingkari tauhid
dan meyakininya sebagai kebathilan. Demikianlah keadaan kebanyakan orang.
Penyebabnya adalah kebodohan mereka terhadap apa yang ditunjukkan oleh
Al-Qur’an dan Sunnah, berupa pengenalan syirik, mengangkat tandingan untuk
Allah, dan mengikuti hawa nafsu serta mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka. Sebagaimana
keadaan orang-orang sebelum mereka yang semisal dengan mereka yang merupakan
musuh-musuh para Rasul. Mereka melemparkan kedustaan kepada ahli tauhid. Menyebut
mereka dengan sebutan jelek, seperti tukang tipu, orang fajir dan tukang
bohong. Hujjah mereka adalah firman Allah Ta’ala:
“Bahkan kami mendapati nenek moyang
kami melakukan seperti itu.” (QS. Asy-Syuara: 74)
Golongan ini sungguh
telah membatalkan apa yang telah ditunjukkan oleh kalimatul ikhlas (laa ilaaha
illallahu). Mereka membatalkan makna yang terdapat dan terkandung di dalamnya
berupa agama, yang Allah tidak menerima agama selainnya. Dialah agama islam
yang dengannya Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya. Mereka menyatukan dakwah
mereka di atas agama islam. Sebagaimana yang Allah kisahkan tentang mereka di
dalam Al-Qur’an.
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Diantara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah orang yang beribadah hanya
kepada Allah saja, akan tetapi tidak mengingkari kesyirikan dan memusuhi
pelakunya.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
“Di antara hal yang umum
diketahui bahwa barangsiapa yang tidak mengingkari kesyirikan dan tidak
mengenal serta mendatangkan tauhid, maka sungguh engkau telah ketahui bahwa
tauhid tidaklah tercapai kecuali dengan menafikan syirik dan kufur terhadap
thaghut seperti yang disebutkan di dalam ayat.”
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah mereka yang memusuhi pelaku
kesyirikan akan tetapi tidak mengkafirkan mereka.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
“Golongan ini juga belum
mendatangkan apa yang diinginkan oleh kalimat laa ilaaha illallahu berupa
menafikan kesyirikan. Golongan ini juga belum mendatangkan apa yang terkandung
di dalam kalimat laa ilaaha illallahu berupa mengkafirkan pelaku kesyirikan
setelah jelas baginya (sampainya a-qur’an) secara ijmak. Inilah yang terkandung
di dalam surat al-Ikhalas dan “qul yaa ayyuhal kaafirun” serta firman
Allah di surat al-Mumtahanah yang artinya “Kami mengkafirkan kalian”.
Barangsiapa yang tidak mengkafirkan siapa yang dikafirkan oleh al-Qur’an maka
sungguh dia telah menyelisihi apa yang dibawa oleh para rasul yaitu at-tauhid.
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkara:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah mereka yang tidak mencintai
tauhid dan tidak membencinya.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
“Orang yang tidak
mencintai tauhid maka dia bukan seorang muwahhid (muslim). Karena tauhid adalah
agama yang Allah ridhai yang dengannya seorang beribadah kepada Allah. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
“Dan Aku ridha bagi kalian islam
sebagai agama.” (QS. Al-Maidah: 3)
Seandainya seseorang
ridha dengan apa yang dengannya Allah menjadi ridha dan mengamalkannya maka sungguh
dia telah mencintai Allah. Sudah seharusnya seseorang mencintai tauhid karena tidak
akan ada keislaman tanpanya. Dan tidak ada tersisa sedikitpun keislaman bagi
seseorang kecuali dengan mencintai tauhid.
Berkata Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah rahimahullah, “Ikhlas adalah mencintai Allah dan
mengharapkan wajah-Nya. Baransiapa yang mencintai Allah maka Allah akan
mencintai agamanya, dan barangsiapa yang tidak mencintai Allah maka Allah tidak
akan mencintai agamanya. Dengan mahabbah (kecintaan) tersusun di atasnya apa
yang terkandung di dalam kalimat ikhlas (tauhid) berupa syarat tauhid.”
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah mereka yang tidak membenci
syirik dan tidak pula mencintainya.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Barangsiapa yang
keadaannya seperti yang disebutkan oleh syaikh tersebut, maka dia belum
menafikan apa yang dinafikan oleh laa ilaaha illallahu berupa kesyirikan dan
kufur terhadap apa yang diibadahi selain Allah serta berlepas diri darinya. Keadaan
orang yang disebutkan oleh syaikh tersebut sedikitpun bukanlah termasuk orang
islam pada asalnya. Harta dan darah mereka tidaklah dijamin, sebagaimana telah
disebutkan pada hadits yang telah berlalu.
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah mereka yang tidak mengenal syirik
dan tidak pula mengingkarinya.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Barangsiapa yang tidak
mengenal kesyirikan dan tidak mengingkarinya serta tidak pula menafikannya,
maka dia bukanlah seorang muwahhid (muslim), kecuali setelah dia menafikan
kesyirikan, berlepas diri dari pelakunya, dan mengkafirkan mereka. Bodoh terhadap
kesyirikan tidak menghasilkan sedikitpun dari apa yang ditunjukkan oleh laa
ilaaha illallahu. Barangsiapa yang tidak menegakkan makna kalimat ini dan apa yang
dikandungnya maka dia bukanlah seorang islam sama sekali. Dikarenakan dia belum
mendatangkan makna dan kandungan kalimat ini yang berasal dari ilmu, yakin,
jujur, ihklas, kecintaan, qabul (menerima) dan inqiyad (berpegang teguh). Maka golongan
ini tidak satupun memenuhi syarat dari laa ilaaha illallahu meskipun mereka
mengucapkannya. Dikarenakan mereka tidak mengetahui apa yang ditunjukkan oleh
laa ilaaha illallahu dan tidak mengenal apa yang dikandungnya.
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah mereka yang tidak mengenal
tauhid dan tidak pula mengingkarinya.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Golongan ini sama saja
seperti geolongan sebelumnya. Mereka tidak mengenal pokok dari apa yang tujuan mereka
diciptakan, yaitu agama yang Allah mengutus para rasul dengannya. Inilah keadaan
orang yang Allah mengatakan tentang mereka,
“Tidak lain keadaan mereka seperti
hewan ternak bahkan mereka lebih sesat jalannya.”
(QS. Al- Furqan: 44)
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid (mereka adalah golongan yang paling
berbahaya) adalah mereka yang mengamalkan tauhid dan tidak mengenal kadar
urgensi tauhid sehingga mereka tidak membenci orang yang meninggalkannya dan
tidak mengkafirkan mereka.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Adapun ucapan syaikh “mereka
adalah golongan yang paling berbahaya” dikarenakan mereka tidak mengenal
urgensi dari apa yang mereka amalkan. Mereka belum mendatangkan apa yang dapat
men-sahkan tauhid mereka berupa syarat-syarat yang berat yang wajib dipenuhi. Supaya
engkau tahu bahwa tauhid mengandung penafian terhadap kesyirikan, berlepas diri
darinya, memusuhi pelakunya, mengkafirkan mereka bersamaan telah tegak
hujjah1 terhadap mereka. Maka golonga ini terkadang penampilan
mereka menipu. Sementara mereka belum mendatangkan perkara yang ditunjukkan
oleh kalimatul ikhlas berupa nafyi dan itsabat.
·
Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab berkata:
“Di antara golongan
yang menyimpang di dalam perkara tauhid adalah
mereka yang meninggalkan kesyirikan
dan membencinya, akan tetapi tidak mengetahui urgensi bahaya kesyirikan.”
·
Syaikh Abdurrahman bin
Hasan menjelaskan:
Golongan ini mirip-mirip dengan golongan
sebelumnya, bedanya golongan ini tidak mengetahui urgensi bahaya kesyirikan. Dikarenakan
seandainya mereka mengetahui urgensi bahaya syirik sungguh mereka akan
mengamalkan apa yang ditunjukkan oleh ayat-ayat muhkamat, seperti ucapan al-khalil:
“sesungguhnya aku berlepas diri dari sesembahan yang kalian ibadahi,
kecuali Dzat yang menciptakanku.” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)
Dan ucapan beliau juga:
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan sesembahan yang kalian
ibadahi selain Allah, kami kafirkan kalian, dan telah jelas permusuhan dan
kebencian antara kami dan kalian selamanya.”
(QS. Al-Mumtahanah: 4)
Maka sudah seharusnya bagi orang yang telah mengenal
kesyirikan dan meninggalkannya supaya melakukan hal yang sama seperti Nabi
Ibrahim di dalam ayat muhkamat di atas. Berupa wala dan bara’ kepada pelaku
syirik dan sesembahannya, membenci dan memusuhi kesyirikan dan pelakunya. Dua keadaan
ini adalah keumuman keadaan dari kebanyakan orang yang mengaku islam. Di antara
mereka terjatuh ke dalam kejahilan terhadap hakikat apa yang mencegah kehadiran
kalimatul ikhlas (red- yaitu syirik). Di antara mereka juga terjatuh ke dalam
kebodohan terhadap apa yang dikandungnya berupa penyempurna yang wajib yang
dengannya dia menjadi muwahhid (red- yaitu tauhid). Betapa banyak orang-orang
jahil yang tertipu terhadap hakikat agama.
Jika engkau tahu bahwa Allah mengkafirkan pelaku
kesyirikan dan menyifati mereka dengannya di dalam ayat-ayat muhkamat, seperti firman
Allah Ta’ala:
“Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik memakmurkan masjid-masjid Allah,
padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.” (QS. At-Taubah: 17)
Demikian pula dari sunnah
mewajibkan memusuhi kesyirikan dan orang-orang musyrik.
Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya
ahlu tauhid dan sunnah membenarkan para rasul terhadap apa yang mereka
kabarkan, menaati mereka dalam apa yang diperintahkan, menghafal apa yang
mereka ucapkan, memahaminya dan beramal dengannya, membersihakn ucapan mereka
dari penyesatan orang yang guluw, membantah orang sesat, membantah argumentasi
orang-orang jahil, memerangi orang yang menyelisihi mereka. Ahli tauhid dan
sunnah melakukan hal itu dalam rangka taqarrub kepada Allah dan mengharapkan
balasan dari Allah bukan dari para rasul.
Dan para ahlul jahl dan ahlul guluw tidak
membedakan antara perkara yang diperintahkan dan yang dilarang. Mereka juga
tidak membedakan antara apa yang sahih dari para rasul dan apa yang diada-adakan
berupada kedustaan terhadap mereka. Mereka tidak memahami apa yang diinginkan
oleh para rasul. Mereka tidak berusaha menaati dan mengikuti mereka. Bahkan mereka
jahil terhadap yang yang para rasul bawa dikarenakan mereka mengutamanakan
kepentingan-kepentingan mereka.”
Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan:
Apa yang disebutkan oleh Syaikhul Islam ini persis
seperti keadaan kedua golongan terakhir yang kita sebutkan.
Demikian terjemahan dari kitab “ashlu dinil
islam wa qaidatuhu” tentang golongan yang menyimpang dalam tauhid. Semoga bermanfaat
bagi pembaca dan saya pribadai. Semoga Allah mengistiqomahkan kita untuk tetap
belajar aqidah yang shahih dari sumber yang shahih.
Nasihat berharga dari guru kami - Al-Ustadz Jabir
Abu Unaisah - hari ini saat kajian kitabut tauhid, “Dalam mempelajari tauhid
jangan lupa untuk berdoa kepada Allah supaya diberikan pemahaman yang benar dan
tetap diberikan niat untuk mempelajari aqidah yang benar. Karena banyak orang
yang membaca dan mempelajari tauhid tapi tidak Allah berikan pemahaman karena
memang niatnya tidak ingin mendapat pemahaman akan ilmu tauhid.”
1 Pengertian tegak hujjah yang benar
seperti keterangan beliau Syaikh Abdurrahman bin Hasan di dalam
Ad-Durorus Saniyah:
وقد أوضحت لكم
مرارا أن قيام الحجة هو بلوغ الحجة أو بلوغ القرآن
“Sungguh aku telah menjelaskan kepada kalian berulang kali
bahwa qiyaml hujjah adalah sampainya hujjah atau sampainya al-qur’an”
Referensi:
1.
Kitab Ashlu Dinil Islam wa Qoidatuhu oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan –rahimahullah-
Assalamu 'alaikum. Apakah terjemahan ini tersedia dalam bentuk PDF? Jika ada mohon ana di bagi jazakallah khayran
BalasHapus